Selasa, 10 Oktober 2017

CRAZYBRO, NASKAH DRAMA AWAL ABAD DUA PULUH DUA

Naskah Drama: Rodli TL

Pengantar Penulis
Dua naskah drama ini ditulis sabagai tanda. Tanda saya ada, lantaran menulis, tanda ada penulis drama dan panggung, tanda masih ada hidup, tanda kebudayaan masih berkembang, tanda tempat dimana penulis tinggal ada peristiwa estetis dan intelektual yang menghubungkan dengan semuanya, bahkan pada hal yang trasendental, Tuhan.

Kapak Berhala Namrudz
Dendam Namrud Bin Kan’an Bin Kusy. Sang Raja besar Kerajaan Babilon.  Sebuah lecutan perang urat saraf.  Keadaan yang mulai berbalik, nilai menjadi abu-abu, dan yang putih ditenggelamkan, lantaran dendam berhala Namrudz pada Ibrahim yang dianggap telah menfitnah dirinya atas pengrusakan berhala-berhala kecil di sekelilingnya. Ibrahim telah meninggalkan kapak pada pundak berhala yang masih utuh. Kapak Ibrahim telah berada di tangan Berhala Namrudz, menjadi senjata, berbalik merusak ajaran Ibrahim sampai akhir jaman. Sebagaimana sumpah nenek moyangnya pada Tuhan kala di surga. Mereka ingin hidup selamanya sampai hari akhir hanya untuk menyesatkan manusia.

Crazybro
Pertarungan bisnis, semuanya bisa dijual, hingga muncul transplantasi liver dalam dunia medis. Hal ini menjadi komoditi empuk. Sampai kapan pun laku, berapapun harganya akan dibeli. Persoalannya adalah stock barang yang akan dijual. Tidak bisa dipungkiri, permintaan pasar terus semakin meningkat. Orang-orang gila itu lalu menjadi ide gila sebagai loncatan prestise dunia bisnis pencakokan hati manusia. Dua naskah drama ini semoga menjadi tonggak dan bagian proses menuju jalan maju teater dan manusianya, panggung dan budayanya. Mungkin hanyalah kecil manfatnya, namun masih ada manfaat.   

Lamongan, Oktober 2014

CRAZYBRO

MEREKA ADALAH PULUHAN ORANG-ORANG GILA. SAMPAH PUSAT KOTA METROPOLIS. BERBICARA SENDIRI-SENDIRI, BERTERIAK. 
RAMAI LALU SEPI.
DUA ORANG BERADA PADA RUANG KERJA.  MEREKA SEDANG DIRUNDUNG MASALAH BESAR. TAMPAK DI MEJA BEBERAPA BOTOL MINUMAN, NAMUN KOSONG. 

Johl : Sejak krisis politik berkepanjangan, bisnis kita satu persatu gulung tikar. Bank yang menjadi topangan usaha pun mulai tidak percaya, bahkan ikut bangkrut juga.
Gugu: Kita tidak boleh berfikir  ke  belakang. Bayangan itu akan semakin memperosokkan pada jurang yang dalam.
Johl : Bagaimana bisa melepaskannya bila setiap rekanan menghubungi dan menanyakan kesanggupan untuk segera membayarnya.
Gugu: Kita harus bisa melawan walau berat. Kita harus bisa hidup merdeka.
Johl : (Tertawa) Kau gila, mana mungkin kita bisa melakukannya.
Gugu: (Tertawa) Ya, kita harus seperti orang gila alias crazy. Kita harus merdeka seperti mereka, nampak tidak punya beban, apalagi hutang. Kita harus crazy, bro (Tertawa bangga)
Johl : (Tertawa) lakukanlah! Ganti pakaianmu, acak rambutmu. Lalu ke luar dari ruangan ini.
Gugu: Bukan penampakan secara lahir yang kita lakukan, namun kita harus carzy memutar otak, bro. Fikiran ini harus dibuat gila agar kita bisa merdeka
Johl : (Tertawa keras)
Gugu: (Tertawa keras) Ternyata kegilaan itu dunia kenikmatan tersendiri
Johl :  (Tertawa) kita lupa
Gugu: (Tertawa) kita memasuki ruang yang amat berbeda
Johl : (Tertawa) kita gila, crazy
Gugu: (Tertawa) kita temukan keindahan yang paling ajaib.
Johl : (Tertawa)

DIAM

Gugu: Dalam kegilaan ini, aku menemukan ide yang gila, betul-betul crazy, bro. Ya kita akan survive lagi. Kita akan bisa mengembalikan modal kita lagi
Johl :Crazy macam apa itu, bro?
Gugu: (Berbisik) Dengar, aku yakin, hanya orang-orang gila lah yang mampu menggenggam dunia ini. Kita harus merebutnya dari orang-orang gila itu. Kita harus berani melakukannya agar kita tidak menjadi orang kalah
Johl : Ya, aku akan mengikutimu kalau usaha itu membuat kita kembali bangkit, dan kita tidak terjerat hutang lagi.
Gugu: Dan jangan ada kata hutang, jangan berfikir mundur.
Johl : Akan aku lakukan.
Gugu: Berfikir matang-matang, ini bisnis yang tidak akan pernah berjalan mundur. Selagi dunia ini belum hancur, bisnis ini tidak akan pernah bisa tidur.
Johl : Kata-katamu mulai bisa menyemangatiku untuk hidup kembali crazy dan  crazy, bro
Gugu: Ini adalah bisnis sehat yang paling crazy
Johl : (Tertawa mencibir) Tahu apa kita tentang kesehatan
Gugu: Tapi kita mengerti tentang pasar (tertawa)
Johl : Kesehatan macam apa yang akan kita jual.
Gugu: Semahal apapun kesehatan itu. Orang pasti akan membelinya
Johl : Itu bukan ide carzy, bro. Itu ide primitive, kuno, ndesit orang Lamongan bilang. Sebelum nenek kita lahir. Mereka sudah amat pandai membuat ramuan kesehatan dari  rempah-rempah yang ada di sekeliling rumah kita.
Gugu: (Tertawa) Namun tidak bisa menjualnya, juga tidak bisa menjelaskan kepada anak cucunya.  Kemudian ramuan kuno lebih dekat dengan dunia paranormal,  tidak perlu dijelaskan secara ilmiah. Ramuan adalah dogmatis, seperti aji-aji.
Johl : (Tertawa) Sudah kadaluwarsa apa yang kau fikirkan itu, bro. Kau mau mencoba membuat kemasan baru ramuan-ramuan itu? (tertawa) Bro, dunia farmasi yang telah ditemukan orang-orang barat sudah tidak mampu ditandingi. Kita akan gigit jari kalau hanya melawan mereka.
Gugu: Urusan kita, bukan urusan farmasi atau medis, urusan kita adalah pasar.
Johl : Sudahlah, jangan bermimpi menjadi penjual jamu!
Gugu: Bro, bukalah sedikit cakrawalamu, ini jaman keemasan dunia komunikasi, jangan hanya habiskan waktumu mengupdate status saja. Baca dengan detail bagaimana dunia berputar!
Johl : Sudahlah, aku lebih baik mengistirahatkan fikiranku ini, daripada melayani omong kosongmu itu
Gugu: Bro, kita harus bangkit!
Johl : Bagaimana kita bisa bangkit kalau kau melarangku berfikir ke belakang namun kamu melakukannya. Itu adalah dosa yang paling besar. Seperti maling berteriak maling, penjahat berseragam pejabat
Gugu: Dengarkan dulu, itu bukan inti dari ide crazy yang ingin aku sampaikan.
Johl : Sudahlah, crazy yang paling nikmat adalah kita berani telanjang di tempat umum. Sekarang kita istirahat dulu, dan pagi-pagi akan kita lakukan, berani?
Gugu: Itu bukan crazy bro, itu ketololan
Johl : Terserah apa kata kau, aku sudah malas berfikir untuk mendifinisikan kata-katamu.
Gugu: Bro, ayolah. Kita tidak boleh menyerah
Johl : Kita perlu istirahat. Bersabarlah, masih ada hari esok.

JOHL  NAMPAK KELELAHAN. IA MEREBAHKAN TUBUHNYA DI ATAS MEJA.
ORANG-ORANG GILA BERKELIARAN

Gugu: Istirahatlah, tapi perlu kau ketahui. Aku harus lakukan mulai sekarang. Aku harus kembali memasang strategi untuk mulai berperang lagi. Aku harus bisa mensiasatinya, dan regulasi pasar harus berada dalam kendali kekuasaanku. Ini bukan ketololan. Ini adalah kegilaan. Ya, orang-orang gila itu. Mereka akan aku make up menjadi sesuatu yang amat berharga. Mereka akan menjadi produk pasar termahal, yang tidak akan tertandingi apapun. Ingat, bro! Siapa yang tidak ingin sehat, siapa yang tidak ingin punya umur panjang. Jawab dengan spontan! Semua orang pasti menginginkan hidup selamanya. Kesehatan adalah harta karun yang akan diburuh oleh siapapun. Berapapun harganya mereka akan membelinya, dan aku akan menjualnya. Orang gila dengan ide gila (tertawa lebar). Ya, orang gila dengan ide gila (tertawa lagi)  Berapapun harga nyawa itu, akan ia bertaruhkan semua hartanya untuk membelinya. Ide gila itu akan aku siapkan.  Dan tempat ini akan aku jadikan ruang operasi dan penelitian. Akan aku pasang iklan pada segmen pasar yang akan aku tujuh, ya para konglomerat itu. Dan bisnis terelit yang akan aku kendalikan adalah jual beli organ tubuh manusia. 

LAMPU PADAM.
MUSIK.
SUARA EFEK RUANG OPERASI.
LAMPU MENYALA.
NAMPAK RUANG OPERASI BEDAH DENGAN KESIBUKAN PARA AHLI.

Gugu: (Tertawa) Keinginanku untuk  menjadi pengusaha besar pertama di negeri ini yang memiliki rumah sakit transplantasi liver bukan hanya isapan jempol. Terbukti para pemodal sangat tertarik dengan rencana gilaku ini. Mereka mendukung penuh agar cita-cita tersebut segera terkabul.

Bentuk dukungan mereka bermacam-macam, bahkan kepala daerah menfasilitasi  kekurangan anggaran sebesar 1,2 trilliun rupiah, untuk pengadaan peralatan medis maupun sarana lainnya. Anggaran itu akan segera disiapkan oleh pemerintah, karena direncanakan bulan mendatang Pusat Transplantasi Liver akan diresmikan. Dengan terbentuknya pusat transplantasi liver atau lebih dikenal dengan istilah cangkok hati ini, merupakan bagian tugas bagaimana aku membangkitkan bisnisku yang mulai kolap.
Apapun akan aku lakukan  termasuk mendatangkan tenaga ahli transplant itu dari Oriental Organ Transplant Center yang disingkat dengan OOTC, bernaung di bawah bendera Tianjin First Central Hospital di Tianjin, Cina. Bolehlah sedikit mengikuti ajaran yang mengatakan kita harus ke negeri cina untuk belajar. Atau darimanapun juga. (tertawa)

TIBA-TIBA BANGUN TERBELALAK

Johl : (Tiba-tiba bangun, berlari memanggil-manggil temannya.) Gu, gugu! Aku bermimpi  indah. Kita harus bangkit! Aku bermimpi kita memiliki perusahaan besar. Kita memiliki perusahaan pemasok organ tubuh manusia. Kita memiliki  rumah sakit tercanggih di dunia.
Gugu: Mesin operasinya masih terdengar di telingahmu
Johl : Benar, indah betul suara mesin yang menghasilkan uang banyak itu
Gugu: Lalu bagaimana rupa dokter-dokter itu?
Johl : Mereka masih mudah dan cerdas,
Gugu: Bagaimana etos kerjanya?
Johl : Sangat tinggi, mereka sangat cekatan
Gugu: Lalu bagaimana dengan pasien-pasiennya?
Johl : Itu yang segera ingin aku ceritakan. Yang datang adalah orang-orang istimewa dari berbagai negeri manca.
Gugu: Penyakit apa yang diderita?
Johl : Bukan penyakit yang diderita yang membuat mereka istimewa
Gugu: Mereka datang dari mancanegara?
Johl : Tidak hanya itu
Gugu: Lalu?
Johl : Jangan dipotong, bro. Aku ingin menceritakan mimpiku terindah dan termahal. Para pasien itu sangat istimewa
Gugu: Kalimat itu kau ulang lagi, letak istimewanya dimana?
Johl : Haduuuh, bro. Jangan dipotong. Beri keleluasaan aku untuk menceritakan sesuatu., tolong sesekali jadilah pendengarku yang setia. Begini, bro. Para pasien itu sangat istimewa. Mereka datang dari berbagai negara terkaya di dunia, dan yang paling istimewa, mereka pasti berjanji akan memberikan separoh kekayaanya apabila penyakitnya berhasil disembuhkan. Bahkan ada yang paling aneh. Salah satu pasien itu dari negeri kita sendiri. Ia adalah kepala daerah yang baru saja memenangkan pemilu. Ia berjanji akan memberikan lima  pulau di daerah kekuasaanya sebagai hadiah.

Gugu: Apa, hadiah lima buah pulau?
Johl : Ya, lima pulau, bukan lima buah durian, apalagi buah dada. Sekali lagi, lima pulau rata-rata besarnya lebih besar dari pulau bawean.
Gugu: (Tertawa) itu carzy, bro
Johl : Ya, aku juga berfikir itu crazy, namun…
Gugu: Namun itu tidak masuk akal. Dimana ada kepala daerah yang memiliki pulau. Masa kerja mereka hanya lima tahun. Kalau kepala daerah punya lima pasang buah dada sih umum (mengejek)
Johl : Itu tidak bisa dikalkulasi dengan akuntansi bisnis, bro
Gugu: Lalu?
Johl : Mereka mengkalkulasinya dengan strategi kebijakan politik, apa saja menjadi masuk akal
Gugu: (Terheran) Aneh,
Johl : Tidak ada yang aneh di laku politik, bro. Politik hanya mengenal dua sisi, menang dan kalah
Gugu: Sungguh, mimpimu semakin, aneh
Johl : Kalau persoalan politik, saya sangat faham betul, sama sekali tidak ada kaitannya dengan mimpiku yang akan membawa keberuntungan
Gugu: Bukan persoalan politik yang aneh, tapi kau yang cukup aneh, tiba-tiba cerdas dan mengerti persoalan apapun
Johl : Maaf, saya bukan pelaku politik yang haus akan segala pujian
Gugu: Sungguh, kau semakin aneh, hari ini kau betul-betul teramat cerdas alias crazy
Johl : Ajaran kebaikan, lemparlah segenggam pasir pada seseorang yang suka memuji
Gugu: (Tertawa)
Johl : Kembali lagi ke persolalan mimpiku yang akan membangkitkan bisnis kita lagi

KESIBUKAN RUANG OPERASI

Gugu: (Tertawa) Apa yang kau ceritakan dalam mimpimu bukan lagi mimpi, bro. Namun kenyataan. Dengar suara-suara yang kau dengar seperti yang terjadi dalam mimpimu itu. lihat kenyataan yang hadir. Semuanya masih terdengar dan nampak di pelupuk mata kita kan! Semuanya telah menjadi nyata. Rumah sakit dan kebangkitan bisnis kita yang telah kau ceritakan kini benar-benar nampak megah. Coba lihat bagaiamana mereka bekerja, dan pelototi dengan seksama para pasien itu!

Johl : Bagaimana semuanya bisa menjadi nyata. Kita tidak hidup pada jaman keemasan sulaiman kan, yang semuanya bisa dengan bim sala bim..
Gugu: Sebagai seorang pengusaha, tidaklah pas memanjakan waktu tidur. Bila itu yang kita lakukan, kita akan semakin tergilas. Jantung seorang intrepeneur adalah seperti jantung kota metropolitan. Mereka tidak akan pernah berhenti berdetak. Semua hari menjadi seperti siang

PARA DOKTER AHLI BEDAH SIAP MELAKUKAN OPERASI, SIBUK SEKALI. NAMUN SUNYI. YANG TERDENGAR HANYA SUARA MONITOR KONTROL DAN DEGUB JANTUNG.
SEPI.
ORANG-ORANG GILA LALU LALANG. SIBUK MENJADI MANUSIA METROPOLIS.

Gugu: Mulai muncul masalah baru dalam bisnis ini. Tidak mudah orang mendonorkan organ dalam mereka. Dogma agama sangat kuat. Haram, haram, haram
Johl : (Tertawa) siapkan amplop, pasti akan menjadi seratus persen halal
Gugu: Bukan sekedar fatwa, bro. Ini sudah menjadi dogma, alias takdir hidup dan mati. Mereka tidak berani merekayasa.
Johl : Oh, takdir, hidup dan mati?
Gugu: Dogma yang cukup kuat dan berkembang itu semakin menyulitkan kita, bahwa Individu itu bukan sekedar kepala dan jasad, namun sebenarnya adalah segumpal darah, bila baik maka baiklah semua, bila buruk, maka buruklah semua. Segumpal darah itu adalah hati, alias liver.
Johl : Segumpal darah, hati…..?!
Gugu: Akhirnya mereka tidak mau memisahkan sebagian liver apalagi mendonorkan semunya.
Johl : Benar-benar akan menjadi hantu yang sangat menakutkan. Bisnis kita akan mengalami kesulitan yang cukup besar. Kehabisan stok liver dan ginjal. Harus secepatnya kita bicarakan dengan pengelola hutan lindung, bila perlu dengan menteri kehutanan.
Gugu: Apa, kita mau alih bisnis, melakukan illegal logging?
Johl : Terlalu rendah dan beresiko
Gugu: Terus  apa maumu?
Johl : Meminta untuk menyuplai organ dalam
Gugu: Ide gila macam apa itu?
Johl : Menyuplai beberapa monyet.
Gugu: Akan muncul persolan baru lagi. Betul, kita akan punya banyak persediaan, namun bila calon pasien tahu, bahwa hati mereka akan diganti dengan hati monyet, pasti mereka tidak mau. Bayangkan bila para pengusaha, pejabat tinggi berhati monyet, cukup berbahaya.

Akibatnya pasti suka kawin, bro. (Tertawa) Jangan-jangan ide kau itu sudah kadaluwarsa. Secara sembunyi-sembunyi sudah ada yang melakukan transplantasi liver dengan hati monyet. Melihat gejala yang semarak sepertinya sudah berkembang. Para pejabat tinggi dan pengusaha besar pasti suka kawin. Ya, suka kawin sebagaimana tabiat monyet. Wah, bila benar, kita akan punya competitor yang cukup berat, sudah cukup berpengalaman. Mereka telah jauh mendahului kita.
Johl : Benar juga, akan menjadi bisnis yang usang.

GUGU DAN JOHL MULAI NAMPAK KEBINGUNGAN. PARA DOKTER BEDAH JUGA IKUT LESU, KARENA MEREKA TIDAK MELAKUKAN OPERASI LAGI.

Johl : Bagaimana ini, bro?! kontrak kita dengan para ahli bedah itu cukup mahal, bila satu minggu saja mereka tidak melakukan operasi, kita akan mengalami devisit milyaran rupiah. Sedang permintaan pasar cukup besar.
Gugu: Kita coba berbicara dengan para tokoh agama, kita minta dukungan mereka untuk mengkampanyekan, bahwa donor organ dalam akan mendapatkan surga kelak di hari akhir, bahkan mereka akan masuk surga tanpa dihisab, layaknya mati dalam medan membela Tuhan. Agar cepat dipercaya, kita meminta para tokoh agama itu untuk bisa mencuci otak ummatnya. Dari pada menghadapi hidup yang sulit untuk lepas dari dosa, lebih baik mati mulia dengan mendonorkan bagian tubuhnya, akan mati syahid. Kain yang berlumuran darah akan disemayamkan, tanpa dimandikan. Sebab akan menjadi saksi bahwa mereka adalah syahid. Ia masuk surga tanpa antri untuk dihisab, ia akan melesat ke surga tertinggi.

Johl : Sepertinya mereka tidak mungkin mendukung ide gila itu. Mereka tidak akan menelan ludah yang telah dikeluarkan. Mereka adalah panutan. Sekali bilang A tidak akan berubah menjadi B.
Gugu: Dengan terpaksa, separuh dari keuntungan bisnis ini untuk mereka bila berhasil. Untuk membangun tempat ibadah, panti asuhan, pesanten, pergi ke tanah suci setiap bulan. Pokoknya semua kepentingan syiar agama mereka kita support seribu satu persen. Mereka pasti mau, karena manfaatnya lebih besar daripada mudhorotnya (Tertawa) Gila bukan, benar-benar crazy, bro….(Tertawa).

MEREKA BERSIAP-SIAP MELOBI PARA TOKOH AGAMA. MEREKA PERGI DAN DATANG DENGAN MEMBAWA KEGAGALAN

Johl : Romo Seto menolak
Gugu: Gus Rahman tidak merespon
Johl : Pendeta Mangun mencibir
Gugu: Kyai Maksum tidak mau
Johl : Ki Joko menertawai
Gugu: Ustdaz Rofik malah berbalik memberi nasihat, tidak baik berlomba-lomba mengumpilkan harta. (LEMES) Rasanya hidup gila ini harus berakhir, bro. Untuk apa memeras otak dan keringat untuk mengejar semua itu. pada akhirnya kita masuk liang lahat, dan semuanya pasti kita tinggal.  Ini adalah titik kulminasi hidup saya, telah sampai puncak, dan saya harus kembali ke titik nol untuk memulai hidup baru. Menjadi sosok yang sublime, melepas diri dari hingar bingar metropolis. Aku akan berhijrah ke sebuah kampong yang tenang. Aku ingin menenangkan hidup, menyepi dan menghening. Aku akan memasrahkan hidup ini pada Sang Pemilik Hidup.

Johl : Pikiran ini memang terasa lelah. Namun terkesan rendah bila kita berbalik arah begitu saja. Kita bukan entrepreneur sejati. Pengecut, bukan spekulan berbobot, dan akhirnya mati dalam kubangan lumpur  kefakiran yang paling menjijikkan. Konyol! (Bangkit) camkan kalimat ini, money breeding money. kita berada pada era working capital. Be the have atau terlempar menjadi sampah.
Gugu: Silakan kau kejar mimpimu sendiri, aku juga akan menata mimpiku yang abadi
Johl : Ini bukan lagi mimpi, tapi sudah menjadi kenyataan yang sedang kita hadapi. Aku sangat mengerti dengan mimpimu..
Gugu: Nah, itu lebih baik. Dengan rendah hati, saya memohon undur diri dari dunia ini, izinkan saya memulai untuk menemui kehidupan baru.
Johl : Bukan aku bermaksud menghalangimu, namun sungguh sayang, bila kau mengejar mimpimu dengan rasa takut. Padahal Tuhan paling tidak suka dengan orang-orang pengecut
Gugu: Saya takut semakin tidak bisa menemuiNya, karena terlalu sibuk dengan urusan pragmatisme.
Johl : Bahkan kau mulai mengejar mimpi menemui Tuhanmu  itu lantaran kau sedang terpelanting dari dunia lama. Kau menemui Tuhan lantaran kau tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Tuhanmu hanya kau jadikan pelarian terakhir. Kau tidak sungguh-sungguh mencintainya.
Gugu: Kau memang kawanku paling cerdas dan hebat. Ucapanmu nampak gagah. Namun ijinkan sejenak saya untuk merenung. Izinkan sejenak untuk menyepi

GUGU MENINGGALKAN JOHL BERDIRI SENDIRIAN.  JOHL BERDIRI DENGAN SINAR MATA YANG OPTIMIS. JOHL PUN MENINGGALKAN TEMPAT TERSEBUT.
ORANG-ORANG GILA LALU LALANG NAMUN SEPI
HENING.

GUGU KEMBALI MUNCUL DENGAN WAJAH SEMRINGAH. DALAM KEPALANYA MUNCUL CAHAYA BARU

Gugu: (Berdiri gagah) Dalam hening aku temukan cahaya, dalam hening aku temukan jalan lurus menuju puncak. Johl datanglah kemari, ayo kita berlari menuju puncak kapitalisme. Kita temui para pemangku negeri ini. Mereka pasti akan menyambut kita dengan gembira. Tetap pada Medical Bussines, Transplantasi Liver terajaib di dunia. Kanan kiri, kita dapatkan provitable yang mengejutkan. Kita akan menemukan puncak prestise konglomerat tertinggi.
JOHL:  (Gagah)  senang melihatmu, Gugu. Dalam heningmu kau menemukan sepuluh kali lipat dirimu yang sesungguhnya. Aku yakin kau menemukan ide yang sangat brilliant. Gugu, kawanku. Ceritakan padaku, apa ide sesungguhnya itu?

SUARA INDUTRI METROPOLIS BERGEMURUH

Gugu: ini kegilaan yang paling ajaib. Gila nomer seribu satu.
Johl : Kegilaan macam apa, bro?
Gugu: Tentang orang-orang gila itu?
Johl : Orang-orang gila yang mana, tokoh-tokoh agama, pimpinan, kau, saya, apa kita yang kau maksud?
Gugu: orang-orang gila yang sesungguhnya, sinting alias tidak normal, mereka yang berada di jalan-jalan, yang merusak pemandangan kota
Johl : Orang-orang gila yang merusak pemandangan kota?! Apa maksudmu, kawan?
Gugu: Mereka adalah stock yang tidak pernah habis. Bisnis transplantasi kita akan mencapai puncak. Sebuah bisnis jasa yang spectakuler pada awal abad dua puluh dua.
Johl : Stock organ tubuh kita bukan lagi monyet, tapi manusia, sama seperti kita, hanya saja akal mereka sedang konslet.

Gugu: Bayangkan bila ide ini kita sampaikan pada pimpinan daerah. Pasti mereka melompat sambil berkata ya, setuju. Begini ekspresi mereka (Menirukan gaya pimpinan daerah menyetujui idenya). Mereka tidak perlu memutar anggaran pengeluarannya. Bila perlu anggaran itu tetap ada, dan masuk kantong mereka. Dan kita yang mengerjakan proyek kelola kota yang aduhai itu untuk membuat angka nol orang gila berkeliaran di pusat kota. Bahkan yang lebih gila lagi. Ide ini harus memiliki ijin HAKI, Hak Kekayaan Intelektual.jadi tidak seoarangpun yang menirunya. Bahkan dimanapun orang gila itu berada, mereka adalah kekayaan kita. Bahkan secara hukum keluarga tidak memiliki hak dan tanggungjawab apapun pada orang gila tersebut. Sejak mulai gila, seseorang itu otomatis menjadi milik kita.  Organ tubuhnya menjadi stock yang tidak ternilai harganya. Kita butuh ahli bedah sebanyak-banyaknya untuk kita pekerjakan di tempat kita, bahkan bila perlu kita harus import ahli bedah dari berbagai manca Negara, katakan bahwa gaji mereka lebih tinggi daripada dokter ahli kepresidenan atau kerajaan.

Johl : Orang-orang gila itu sudah terkumpul di warehouse, gudang yang cukup luas.  Dan para dokter sedang beraksi.  Sekarang perintah petugas untuk masuk kampung-kampung. Ambil orang-orang gila itu dari keluarganya.

PANGGUNG DAN SEMUA TEMPAT PERTUNJUKAN NAMPAK PENUH DENGAN ORANG GILA, PARA AHLI BEDAH DENGAN OPERASINYA. JOHL DAN GAGU BERADA DI TENGAH-TENGAH MEREKA, LALU MENYEBUTKAN BEBERAPA ASAL DAN KUALITAS STOK ORGAN TUBUH ORANG-ORANG GILA.

TAMAT
Lamongan, 28 September 2014.

*) Rodli TL, seorang dramawan Jawa Timur yang telah menulis puluhan naskah drama sekaligus menyutradarainya. Ia lahir di Lamongan pada tanggal 17 Juni 1976. Sejak lulus dari Teater Tiang di Universitas Jember tahun 2004, ia mendirikan sanggar anak Sang_BALA, Kelompok Belajar Bermain Drama yang sampai sekarang memiliki ratusan anak asuh yang terus-menerus berlatih di sanggar yang berdiri kokoh, serta memiliki tempat pertunjukan permanen di kampung halamannya, Candi Tunggal, Kalitengah, Lamongan. Ia juga dosen CCU, Creative Writing, Sastra dan Film di Universitas Islam Darul Ulum Lamongan. Di tahun 2008, mendapatkan penghargaan dari Mendiknas sebagai pengajar kreatif di bidang seni pertunjukan anak pada Festival Seni Internasional. Tahun 2010, karyanya kembali menjadi yang terbaik di Festival Seni Internasional tersebut.
Puluhan naskah drama yang telah ditulisnya; ‘Mulut’ 2000, ‘Tarian Tanah’ produksi 2001, ‘Eksekusi Suatu Hari Kemudian’ 2002, ‘Ketinggalan Kereta’ 2003, ‘Adam Hawa,’ produksi 2004, ‘Si Lita’ 2004, ‘Ubah Bintang’ 2005, ‘Kibar Bendera Sarto’ 2006. Novel ‘Dazedlove’ diterbitkan Pustaka Ilalang 2005, ‘Hah’ 2007, ‘Kapak Berhala’ diterbitkan PUstaka puJAngga 2008, ‘Mimpi Buruk Penari’ 2007, ‘Bunglon dan Kupu-Kupu’ 2005, ‘Past Game’ Festival Seni Internasional 2008 PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta, ‘Ibu Bumi,’ diproduksi Teater Nafas Kata 2009, ‘Kesetiaan Sang Istri,’ produksi Teater Roda dan DISBUDPAR JATIM  2009, ‘Perempuan Bunga Kamboja’ 2009, ‘Roh Jahat’ 2009, ‘Membunuh Hayalan’ produksi Teater Kotak Hitam 2010, ‘Dewi Sri’ karya pertunjukan terbaik Festival Seni Internasional PPPPTK Seni Budaya Jogjakarta 2010, ‘Wasiat Gelap’ 2010, ‘Anoman Kecil’ 2012, ‘Manusia Kardus’ 2012, ‘Orang Asing’ 2012, ‘Kadet Suwoko,’ Sutradara Terbaik Lomba Teater Bulan Bahasa UM 2011, ‘Prahara Amitunon’ 2013, ‘Kupatan,’ pertunjukan terbaik II Drakolah Jawa Timur 2014, ‘Nyanggring’ 2013, Novel Pertunjukan ‘Anak Kalap’ 2013, ‘Raja Kasa’ 2013, ‘Klebon Grasak’ 2014, ‘Situ Bagendit’ 2014, ‘Ada Yang Menangis Sepanjang Hari’ 2014, ‘Dhaeng Sekara’ 2014, ‘Iblis Menangis’ 2014. Puluhan naskah drama tersebut telah menjadi bagian penting perkembangan dunia teater di Lamongan sampai ke panggung Internasioanal.
http://sastra-indonesia.com/2017/10/crazybro-naskah-drama-awal-abad-dua-puluh-dua/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar